Sabtu, 18 April 2015

Rentak-Rentak Luka

Sunday, October 01, 2006


"Sudah ku fikirkan kata-katamu, aku tidak akan membebaskan diri dari kurungan ini... di sini udara berbelerang adalah segar di rongga hiduku... "

(Seolah-olah sindiran buat kaum yang melindungi sifat ganasnya sendiri ke atas tindakan pembelaan diri kaum yang dijadikan mangsa.)

" Liat jiwamu menduga rasa di kalbuku. Lidahku ingin ligat mendasar liku, mataku melilau melihat likat airmatamu, mindaku kelu kuyu terhenyak oleh kutuk yang menyusut nilai di jasadku... "

" Serindit, akukah yang menyeleweng tatkala bersanggah hujjah denganmu... dalam upaya yang semakin pupus kudrat yang semakin putus... aku tetap membina tugu membilang waktu biarpun bersama sendu...
Aku tidak engkar pada makna setia bebas , kerana ia pilihan yang disajikan secara hormat... namun sayapku telah dirempuh dengan gopoh ... aku tidak bisa terbang lagi..."


"Jelatik, erti setia tidak semua mampu menghadamnya selagi mana tiada nokhtah untuk mata lahap mengadili
selagi itu erti setia tidak akan membawa apa-apa makna..."


"Mari ku hidangkan bertih jagung juga gandum untuk sarapanmu... "


"Hati-hati! Itu sisa kelmarin... dengan kulat ia bisa menjadi racun di ususmu... bercampur debu dedak luntur khasiat ... pasti tuan hamba semakin menjauh dari nikmat sihat.."


"Barangkali tuanmu menyimpan terlalu banyak empingan bertih jagung dan gandum untuk menunggu untung bila harga merundum, perubahan suhu dan ketidak tentuan iklim hanya merosakkan bertih-bertih emping ini...andai ia bermotif, berolahlah perut kita, ini bukan dakwa tapi fakta ukur selidik kaji..."


"Biarlah Serindit, Jelatik hanya perlukan air dan istirehat. Membetulkan salah dan silap ia tidak menyelewengkan kewajipan untuk terus setia, Jelatik. Cuma akibat dari penanggungan rasa sesal sesudah berkali-kali minta di amati, agar usah memilih untung sendiri ... pilihah jua faedah segenerasi... seakan-akan memberi tanda perlu kita bertindak menurut hukum... hukum pada jenayah yang menjadi resam lemah diri.
Taakullah dengan adil, ia tidak mampu merubah andai terus rasa bersalah ... tersudut pasti kreatifmu bertimbang tanpa tuju. "


"Tuan hamba perlu tidak terus ditekan mindanya bagi meraikan nikmat bebas bila terserlah jujurmu tidak berpura-pura ... Peri lakumu memelihara luhur, adab dan laku, ideal juangmu tidak mengeruhkan jernih sahih akidahmu..."

"Hingga lemah lesu seluruh badan tanpa dapat nikmat makanan lalu sakit dalam rintihan... Tidakkah ini akan menguburkan nilai kehaiwanan kita ? "


"Tempua, mengambil sikap membisu sahaja hanya akan menghancurkan bangsa kita. Tepukah ingin dicipta pada anak bangsa yang kian menghujjah berbagai dakwa... terhadap global antara bangsa lunaknya seindah kata sedang ia menyulit akar budaya bangsa kerana pinggir kebenaran agama... maaruf dan mungkar sudah sepi oleh syariat tidak berani diungkapi apalagi untuk dihayati... kerana kita gentar pada bicara yang benar setiap kali beraksi... sedang bila detik hancur tiba... yang baik juga yang berdosa tetap akan menerima bahana..."


Hatikah yang mahu diadili? 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan